APA yang bisa menyedot tenaga kerja banyak selain adanya pabrik? Pertanyaan ini kerap muncul dalam pikiran Yannanta Laga Kusuma setelah memegang kepemimpinan di desanya, di Desa Bangsri, Kecamatan Jepon. Belum lama menjabat kepala desa, ia membuat gebrakan desa wisata. Lahirlah desa wisata Kampung Pelangi di Desa Bangsri pada triwulan keempat tahun 2020.
"Bagi saya, selain pabrik yang bisa menyedot tenaga kerja banyak adalah pariwisata," kata Laga yang dijumpai pada suatu siang medio November 2024.
Memiliki 4 pedukuhan dan berpenduduk 4 ribuan jiwa, Desa Bangsri tak cukup dikenal meski terdapat cagar budaya situs peperangan dengan tokohnya Naya Sentika atau Naya Gimbal yang disahkan Pemerintah Kabupaten Blora pada tahun 2018. Berdirinya Kampung Pelangi sempat menyedot perhatian dan kunjungan wisata ke Desa Bangsri. Sayangnya, desa wisata Kampung Pelangi tak bertahan lama.
"Apalagi ketika itu dilanda pandemi covid-19 selama 2 tahun membuat desa wisata Kampung Pelangi tak berkembang," kisahnya.
Bagi Laga, kegagalan Kampung Pelangi membawa pelajaran berharga. Meski demikian ia tak kapok untuk berpikir wisata desa sebagai daya dobrak kemajuan desa. Bagaimanapun desa wisata Kampung Pelangi terbukti mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi kawasan dan desa. Ia lalu coba mengembangkan agrowisata kebun semangka sepanjang tahun 2022. Kala itu musim pandemi sudah mulai berakhir. Namun pertumbuhan ekonomi masih bergerak pelan. Meski sudah berhasil membuat agenda 2 kali panen semangka, namun ia merasa perlu pengembangan desa wisata yang lebih menarik.
"Lalu munculah gagasan untuk membuat taman wisata Naya Gimbal dengan awalnya adalah membuat restoran dengan menu lengkap dan harga terjangkau yang menawarkan pemandangan persawahan," katanya.
Belajar dari kegagalan sebelumnya, Laga mematangkan manajemen wisata Naya Gimbal dengan menarik investor dari luar untuk mengembangkan kawasan Desa Wisata Bangsri.
"Investor lokal dari warga desa sendiri kami buka. Dalam musyawarah desa, pemerintahan desa melalui BUMDes menawarkan kepada warga pemodal yang hendak memiliki kedai di kawasan wisata. Tanah disediakan oleh desa, tidak ada sewa. Tapi pembuatan kedai wisata mengikuti standar yang BUMDes tetapkan," jelasnya.
Kini di kawasan seluas 1,8 hektar tersebut telah memiliki 9 kedai dan kafe 3 lantai, dengan 12 wahana wisata, antara lain: kereta sawah, luncur gantung, terapi ikan, istana bulan, kereta hias, waterboom, dan lain-lain.
"Kami juga memberikan kesempatan warga yang belum memiliki properti usaha di kawasan wisata dengan membuat produk oleh-oleh yang lapaknya disediakan BUMDes. Ada puluhan lapak dari puluhan warga yang berproduksi oleh-oleh wisata Naya Gimbal," ujarnya.
Pengembangan kawasan wisata terus menjadi perhatian pemerintahan desa dengan BUMDes-nya tersebut. Kawasan 2 hektar tengah dipersiapkan untuk membuat dunia kartun. Sementara Kampung Pelangi yang rumah-rumahnya masih bercat dan bergambar warna-warni berubah jadi Kampung Pancasila yang akan dikembangkan menjadi kawasan pasar UMKM.
"Konsepnya pasar njedul, atau pasar tiban. Saat ini sudah ada ratusan UMKM yang terdaftar, di seluruh Kabupaten Blora yang berminat untuk meramaikan pasar ini dengan menampirkan pertunjukan seni budaya," terangnya.
Pengembangan yang lain adalah parkir yang akan terpusat di lapangan milik desa yang tidak terpakai. Dari parkir ini, pengunjung akan naik wahana kendaraan yang didesain unik dengan gratis menuju taman wisata Naya Gimbal.
"Pengembangan terus kita lakukan. Yang kita harapkan adalah adanya bantuan keuangan dari pemerintah untuk satu titik wahana yang khusus dikelola teman-teman difabel. Karena saat ini kami bekerja sama dengan teman-teman ini, yang tak hanya teman-teman difabel di desa kami saja tapi teman-teman difabel dari desa lain-lain yang tergabung dalam Difabel Blora Mustika. Sudah ada 6 orang yang kami pekerjakan dengan 2 shift," pungkasnya.